Selasa, 25 Maret 2014

INTRAPERSONAL CONFLICT


Setiap manusia pasti dan selalu akan mengalami konflik dalam hidupnya. Baik itu konflik kecil yang hal itu tidak terlalu dirasakan oleh individu itu sendiri, maupun konflik besar yang sangat dirasakan oleh individu yang bersangkutan hingga terkadang dapat dapat mengganggu psikologis dari indivudu yang mengalaminya.

Konflik intarapersonal lebih kepada perasaan dan masalah yang dialami dalam diri individu. Dari pengertiannya. Konflik intrapersonal adalah konflik seseorang dengan dirinya sendiri. Konflik terjadi bila pada waktu yang sama seseorang memiliki dua keinginan yang tidak mungkin dipenuhi sekaligus. Sebagaimana diketahui bahwa dalam diri seseorang itu biasanya terdapat hal-hal sebagai berikut:

1. Sejumlah kebutuhan-kebutuhan dan peranan-peranan yang bersaing
2. Banyaknya bentuk halangan-halangan yang bisa terjadi di antara dorongan dan tujuan.
3. Terdapatnya baik aspek yang positif maupun negatif yang menghalangi tujuan tujuan yang diinginkan.

Hal-hal di atas dalam proses adaptasi seseorang terhadap lingkungannya acap kali menimbulkan konflik. Kalau konflik dibiarkan maka akan menimbulkan keadaan yang tidak menyenangkan.

Jika dilihat konflik intrapersonal lebih kepada konflik yang membuat seseorang membuat suatu pilihan yang menjadi prioritas utama. Pilihan itu pasti mengandung “ manfaat vs resiko”. Bisa dikatakan untuk mengambil suatu pilihan itu sangat sulit, seseorang harus memikirkannya secara matang hingga mendapatkan pilihan atau keputusan yang akan menghasilkan suatu kesesuaian dan menguntungkan bagi diri kita sendiri.  
Dalam teorinya ada tiga macam bentuk konflik intrapersonal yaitu :
  1. Konflik pendekatan-pendekatan, contohnya orang yang dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama menarik.

Nah, hal ini biasa dirasakan oleh seseorang yang harus mengambil keputusan dari pilihan yang keduanya   menarik, namun bila diteliti memiliki kebaikan yang berbeda. Mungkin contoh yang bisa kita ambil yaitu kita diterima di dua perusahaan yang bisa dikatakan bounafit. Disini bisa kita bayangkan apa yang harus kita pilih jika keduanyasama sama menarik dan pilihan yang menggiurkan, sedangkan kita tidak bisa mengambil pekerjaan di dua perusahaan tersebut. Dari hal tersebut pasti akan menimbulkan konflik dalam diri kita, yang dampaknya pasti terjadi tidak secara langsung, namun setelah pilihan kita ambil.

     2. Konflik pendekatan penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada dua pilihan yang sama                 menyulitkan.

Pilihan yang menyulitkan, bisa dikatakan bahwa pilihan ini tidak hanya melibatkan diri kita pribadi, tetapi dapat berupa konflik antara individu dengan kelompok ataupun organisasi. konflik ini akan membawa dampak pada orang-orang dilingkungan sekitar kita. Biasanya mungkin dihindarkan karena kedua pilihan sangat beresiko.

     3. Konflik penghindaran-penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada satu hal yang mempunyai         nilai positif dan negatif sekaligus.

Konflik ini dapat dilihat secara langsung atau mungkin dapat diprediksi dampak atau akibat apa saja yang akan terjadi, karena kedua hal ini layaknya kutub magnet yang memiliki nilai positif dan juga nilai negatif di kedua ujungnya. Pasti hal yang kita pilih adalah hal yang akan memberikan nilai posittif, namun terkadang hal yang negatif justru akan memberi kita keuntungan atau kebaikan yang lebih banyak dibandingkan hal yang positif.

Dari suatu kelompok, antar individu memiliki konflik intrapersonal masing-masing. Berikut ini contoh konflik intapersonal yang ada.

1.       Dinthia Nur Islami
“saya pernah mengalami konflik yang melibatkan beberapa pihak. Konflik ini terjadi dalam diri saya ketika sebulan lalu menjadi seorang steering committe di pelatihan LPK (Latihan Pemandu Kader) disini jika dilihat dari struktur kepanitiaan, saya merupakan seseorang yang harus mengonsep acara dan memiliki kewenangan untuk mengambil keputusan. Ketika saya dihadapkan suatu pilihan yaitu ketika saya sudah membuat peraturan tertulis yang menjadi acuan tata tertib pada pelatihan tersebut, namun teman teman dekat saya malah melanggar peraturan yang saya buat. Disini saya sangat dilema untuk memberi hukuman kepada mereka yang melanggar yang notabennya adalah teman saya sendiri. Apa yang harus saya lakukan? Jika saya tidak menghukum mereka maka saya akan menjadi orang yang tidak profesional dan diri saya pribadi juga ikut melanggar peraturan yang saya buat. Namun ketika saya menghukum mereka, mereka adalah teman saya sendiri dan ketakutan jika mereka malah balik menyalahkan diri saya.
Akhirnya saya memilih untuk menghukum mereka dan mencoba menjadi seseorang yang profesional. Namun ternyata tidak semudah hal yang saya pikirkan, pilihan/keputusan yang saya ambil malah membuat mereka marah dan sinis kepada saya."

2.       Finiska Fachrunnisa
“ saya mengalami konflik dalam organisasi yang saya gelutin, yaitu organisasi basket, tapi dalam organisasi ini saya merasa dimanfaatkan tanpa dipercayai untuk memberikan pendapat atau ide ide untuk organisasi, saya disini seperti tidak dianggap, seperti diremehkan bahwa saya tidak bisa memberikan ide yang bagus untuk organisasi saya, tetapi disatu sisi mereka hanya bisa mengeluarkan pendapat dan teorinya saja tapi pada kenyataannya pada saat realnya mereka seperti ragu-ragu malah seolah-olah acuh. Dan akhirnya yang melakukan aksi hanya saya seorang yang mesti melakukan program tersebut. Apabila saya tidak melakukannya maka saya akan disalahkan, masalahnya seolah-olah dilimpahkan kepada saya.”

3.       Annisa Lutfiah

“konflik yang saya alami ini ketika saya ingin berhenti mengajar dari tempat les milik wali kelas saya waktu SMA. Sebelumnya wali kelas saya bercerita bahwa tempat les miliknya sedang mengalami penurunan dari murid yang berimbas pada pendapatan tempat les miliknya. Oleh karena itu guru yang mengajar disana selama 4 bulan lalu belum mendapatkan bayaran. Ini yang membuat saya ga enak untuk memutuskan berhenti mengajar dari tempat lesnya, karena saya berhenti bukan karena cerita beliau masalah bayaran, tetapi memang karena jadwal dan tugas kuliah yang sangat padat. Namun saya tidah berani menyampaikan keinginan saya untuk berhenti mengajar karena saya terlalu dekat dengan beliau.”

Dari kasus diatas opsi solusi yang mungkin bisa kita pecahkan adalah:

  1. Untuk konflik yang pertama, Indonesia memliki masih banyak peraturan namun semuanya tidak sepenuhnya baku bahkan mungkin dapat dilanggar karena hal tersebut berdasarkan situasi yang ada. Dalam bahasanya kita sebagai manusia tidak boleh terlalu “saklek” terhadap suatu peraturan. Konflik seharusnya diidentifikasi terlebih dahulu apa penyebab dan faktor faktor yang menyebabkan konflik itu terjadi. Dan identifikasi dulu mengapa mereka melanggar peraturan yang ada. Mungkin alasan itu dapat dipertimbangkan kembali selama hal itu logis. Jika kita berdalih dengan kata “profesional” terkadang tidak dapat diterima oleh sebagian orang, karena kata profesional itu terlalu luas untuk dijabarkan, karena profesional di pikiran saya, dia, maupun mereka itu memiliki arti dan kadar atau ukuran yang berbeda. Maka hal tersebut harus dipertimbangkan lebih dalam lagi, karena pengambilan keputusan yang salah akan merugikan salah satu belah pihak.
  2. Harusnya mereka itu tidak memandang sebelah mata kepada saya, dan seharusnya dia mendengarkan pendapat dari orang lain dan dipertimbangkan kembali tidak semena-mena langsung di tolak begitu saja.
  3. Untuk konflik ketiga, seharusnya diungkapkan saja keinginan annisa untuk berhenti mengajar dari tempat les milik guru SMA tersebut. Jelaskan dengan sejelas-jelasnya hingga beliau tidak berprasangka buruk tentang penyebab annisa ingin berhenti mengajar bukan karena hal yang telah diceritakan oleh beliau, daripada annisa diam dan menjadi beban buat annisa sendiri bila tidak menjalankannnya dengan sungguh sungguh.

Dari contoh kasus diatas maka bisa disimpulkan konflik terjadi dalam diri kita sendiri, namun bisa juga terjadi antara diri sendiri dengan orang lain, maupun antara diri sendiri dengan kelompok tertentu. Konflik pada dasarnya harus ditimbulkan, agar hidup kita tidak datar atau flat dan terbentuk dinamika hidup. Dari konflik, seseorang akan belajar dan mempelajari diri mereka sendiri. Apa yang diinginkan? Pilihan apa yang harus diambil? Resiko apa bila salah satunya kita pilih? Seberapa banyak manfaat yang dapat kita ambil? Semuanya itu akan terjawab ketika kita telah mengalami sebuah konflik dan telah melewati konflik tersebut. Konflik tidak dapat dibiarkan begitu saja, dan hilang dengan seiring waktu. Konflik harus diselesaikan untuk menghasilkan sesuatu hal yang secara langsung atau tidak langsung dapat mengubah diri kita.

Konflik mungkin bagi sebagian orang menjadi suatu penghambat dan terkadang memberi kita stressing atau shocking, namun bila kita cerdas menyikapinya, konflik merupakan salah satu hadiah yang dapat merangsang kita untuk terus berfikir dan menjadi seseorang yang bijaksana ketika dihadapkan beberapa pilihan. Jika konflik datang anggap saja itu merupakan vitamin hidup yang akan membuat kita tetap bertahan untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.


0 Comments:

Post a Comment



By :
Free Blog Templates